DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL...................................................................................................
DAFTAR
ISI...............................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN...........................................................................................
1.1
Latar belakang
masalah...................................................................................2
1.2
Rumusan
masalah............................................................................................3
1.3
Tujuan penulisan…………………………………………………………….3
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….
2.1
Definisi ...........................................................................................................4
2.2
Etiology……………………………………………………………………...5
2.3
Manifestasi
Klinis…………………………………………………………...6
2.4
Patofisiologi…………………………………………………………………6
2.5
Pemeriksaan penunjang……………………………………………………...7
2.6
Penatalaksanaan……………………………………………………………..8
2.7
Komplikasi………………………………………………………………....10
2.8
Asuhan Kperawatan………………………………………………………..11
BAB
III
PENUTUP.....................................................................................................
3.1
Kesimpulan....................................................................................................17
3.2Saran...................................................................................................................17
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina
neurosensori dari lapisan epitel berpigmen retina dibawahnya karena
retina neurosensori, bagian retina yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas
dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu
melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C.
Smelzer, Suzanne, 2002).
Lepasnya retina dapat menyerang satu dari 10.000 orang
setiap tahun di Amerika Serikat. Kejadian ini merupakan masalah mata yang
serius dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada
orang usia setengah baya atau lebih tua. Kejadian ini lebih besar
kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) atau
berkacamata minus dan pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang pernah
mengalami lepas retina. Lepasnya retina dapat pula terjadi akibat pukulan yang
keras. Selain itu, walaupun agak jarang, kondisi ini dapat merupakan penyakit
keturunan yang bahkan dapat terjadi pada bayi dan anak-anak. Bila tidak segera
dilakukan tindakan, lepasnya retina akan mengakibatkan cacat penglihatan atau
kebutaan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
- Apa pengertian ablasio Retina?
- Apa etiologi ablasio Retina?
- Apa manifestasi ablasio Retina?
- Bagaimana patofisiologi Retina?
- Bagaimana pemeriksaan penunjang ablasio Retina?
- Bagaimana penatalaksanaan ablasio Retina?
- Bagaimana askep ablasio Retina?
1.3 TUJUAN
PENULISAN
- Untuk mengetahui pengertian ablasio Retina
- Untuk mengetahui etiologi ablasio Retina
- Untuk mengetahui manifestasi ablasio Retina
- Untuk mengetahui patofisiologi Retina
- Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang ablasio Retina
- Untuk mengetahui penatalaksanaan ablasio Retina
- Untuk mengetahui askep ablasio Retina
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi
Ablasio
Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium neurosensoris retina dan
lapisan epitelia pigmen retina (Donna D. Ignativicius, 1991) Ablasio Retina juga diartikan sebagai
terpisahnya khoroid di daerah posterior mata yang disebabkan oleh lubang pada
retina, sehingga mengakibatkan kebocoran cairan, sehingga antara koroid dan
retina kekurangan cairan (Barbara L. Christensen 1991).
Ablasio retina terjadi apabila retina
terlepas dari tempat perlekatannya. Kejadian ini serupa dengan wallpaper yang terkelupas dari
dinding. Hal ini diawali oleh robeknya retina yang diikuti menyusupnya cairan
pada robekan tersebut. Cairan tersebut akan menyusup terus di antara retina dan
dinding bola mata yang berakibat terlepasnya retina. Retina yang terlepas ini
dapat menyebabkan hilangnya penglihatan secara permanen.
Ablasio retina adalah terlepasnya retina dari perlekatan
dengan lapisan dibawahnya, sebagian atau seluruhnya, sehingga mengakibatkan
terputusnya proses penglihatan. Keadaan ini dapat menyebabkan cacat penglihatan
atau kebutaan.
Ablasio retina adalah lepasnya retina dari tempatnya. Kejadian ini
merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada berbagai usia.
Kejadian ini lebih besar kemungkinannya pada penderita yang memakai kacamata
minus (miopia) tinggi. Juga dapat tejadi akibat pukulan yang keras. Ablasio
retina adalah terpisahnya/terlepasnya retina dari jaringan penyokong di
bawahnya.
Ablasio retina terjadi bila ada
pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel berpigmen retina dibawahnya
karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung batang dan kerucut,
terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak
mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan
(C. Smelzer, Suzanne, 2002).
2.2 Etiologi
Lepasnya retina dapat menyerang satu
dari 10.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat. Kejadian ini merupakan
masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun
biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua. Kejadian ini
lebih besar kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh
(miopia) atau berkacamata minus dan pada orang-orang yang anggota keluarganya
ada yang pernah mengalami lepas retina. Lepasnya retina dapat pula terjadi
akibat pukulan yang keras. Selain itu, walaupun agak jarang, kondisi ini dapat
merupakan penyakit keturunan yang bahkan dapat terjadi pada bayi dan anak-anak.
Bila tidak segera dilakukan tindakan, lepasnya retina akan mengakibatkan cacat
penglihatan atau kebutaan. Penyebab lain ablasio retina seperti trauma mata,
abalisio retina pada mata yang lain, pernah mengalami operasi mata, ada daerah
retina yang tipis/lemah yang dilihat oleh dokter mata, robekan retina,
komplikasi, diabetus melitus paradangan, pada usia lanjut (perubahan
degeneratif dalam vitreus atau retina), malformasi kongenital, kelainan
metabolisme, penyakit vaskuler, dan inflanmasi intraokuler neoplasma.
2.3 Manifestasi
Klinis
Gejala pertama penderita ini melihat
kilatan - kilatan bintik hitam mengapung dan cahaya. Pada beberapa penderita
lepasnya retina mungkin terjadi tanpa didahului oleh terlihatnya bintik bintik
hitam (floaters) ataupun kilatan cahaya yang nyata. Dalam hal ini penderita
mungkin menyadari penglihatannya seolah - olah pinggir. Perkembangan lepasnya
retina yang lebih lanjut akan mengaburkan penglihatan sentral dan menimbulkan
kemunduran penglihatan. Penglihatan seperti ada lapisan hitam yang menutupi
sebagian atau seluruh pandangan seperti terhalang tirai/bergelombang.
2.4 Patofisiologi
Retina adalah jaringan tipis dan
transparan yang peka terhadap cahaya, yang terdiri dari sel-sel dan serabut
saraf. Retina melapisi dinding mata bagian dalam seperti kertas dinding
melapisi dinding rumah. Retina berfungsi seperti lapisan film pada kamera foto:
cahaya yang melalui lensa akan difokuskan ke retina. Sel-sel retina yang peka
terhadap cahaya inilah yang menangkap “gambar” dan menyalurkannya ke otak
melalui saraf optik. Sebab dan Gejala Lepasnya Retina Sebagian besar lepasnya
retina terjadi akibat adanya satu atau lebih robekan-robekan kecil atau
lubang-lubang di retina. Kadang-kadang proses penuaan yang normal pun dapat
menyebabkan retina menjadi tipis dan kurang sehat, tetapi yang lebih sering
mengakibatkan kerusakan dan robekan pada retina adalah menyusutnya korpus
vitreum, bahan jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata. Korpus
vitreum erat melekat ke retina pada beberapa lokasi di sekeliling dinding mata
bagian belakang. Bila korpus vitreum menyusut, ia dapat menarik sebagian retina
bersamanya, sehingga menimbulkan robekan atau lubang pada retina. Walaupun
beberapa jenis penyusutan korpus vitreum merupakan hal yang normal terjadi pada
peningkatan usia dan biasanya tidak menimbulkan kerusakan pada retina, korpus
viterum dapat pula, menyusut pada bola mata yang tumbuh menjadi besar sekali
(kadang-kadang ini merupakan akibat dari rabun jauh), oleh peradangan, atau
karena trauma. Pada sebagian besar kasus retina baru lepas setelah terjadi
perubahan besar struktur korpus vitreum.
Bila sudah ada robekan-robekan retina,
cairan encer seperti air dapat masuk dari korpus vitreum ke lubang di retina
dan dapat mengalir di antara retina dan dinding mata bagian belakang. Cairan
ini akan memisahkan retina dari dinding mata bagian belakang dan mengakibatkan
retina lepas. Bagian retina yang terlepas tidak akan berfungsi dengan baik dan
di daerah itu timbul penglihatan kabur atau daerah buta. Perlu diketahui bahwa
ada beberapa jenis lepasnya retina yang disebabkan oleh penyakit mata lain,
seperti tumor, peradangan hebat, atau sebagai komplikasi dari diabetes. Ini
disebut ablasio retina sekunder. Dalam hal ini tidak ditemukan robekan ataupun
lubang-lubang di retina, dan retina hanya bisa kembali ke posisinya yang normal
dengan mengobati penyakit yang menyebabkan lepasnya retina.
2.5 Pemeriksaan
Penunjang
Karena itu bila ada keluhan seperti di
atas, pasien harus segera memeriksakan diri ke dokter spesialis mata. Dokter
akan memeriksa dengan teliti retina dan bagian dalam dengan alat yang disebut
oftalmoskop. Dengan cahaya yang terang dan pembesaran dari alat tersebut,
dokter dapat menentukan lokasi daerah retina robek atau daerah yang lemah yang
perlu diperbaiki dalam pengobatan. Alat-alat diagnostik khuhsus lainnya yang
mungkin perlu digunakan adalah lensa-lensa khusus, mikroskop, dan pemeriksaan
ultrasonografi (USG). Terapi bila retina robek tetapi belum lepas, maka
lepasnya retina itu dapat dicegah dengan tindakan segera.
2.6 Penatalaksanaan
Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang
ditemukan terjadi robekan retina maka harus dilakukan pembedahan. Ada beberapa
prosedur bedah yang dapat digunakan. Prosedur yang dipilih tergantung pada
beratnya lepas retina dan pertimbangan dokter. Fotokoagulasi Laser Bila
ditemukan robekan-robekan kecil di retina dengan sedikit atau tanpa lepasnya
retina, maka robekan ini dapat direkatkan lagi dengan sinar laser. Laser akan
menempatkan luka bakar-luka bakar kecil di sekeliling pinggir robekan. Luka
bakar ini akan menimbulkan jaringan parut yang mengikat pinggiran robekan dan mencegah
cairan lewat dan berkumpul di bawah retina. Bedah laser oftalmologi sekarang
biasanya dilakukan sebagai tindakan pada pasien berobat jalan dan tidak
memerlukan sayatan bedah. Pembekuan (Kriopeksi) Membekukan dinding bagian
belakang mata yang terletak di belakang robekan retina, dapat merangsang
pembentukan jaringan parut dan merekatkan pinggir robekan retina dengan dinding
belakang bola mata. Pembekuan biasanya dilakukan dengan prosedur pasien berobat
jalan tetapi memerlukan pembiusan setempat pada mata.
Tindakan bedah bila cukup banyak cairan
telah terkumpul di bawah retina dan memisahkan retina dengan mata bagian
belakang, maka diperlukan operasi yang lebih rumit untuk mengobati lepas retina
itu. Teknik operasinya bermacam-macam, tergantung pada luasnya lapisan retina
yang lepas dan kerusakan yang terjadi, tetapi semuanya dirancang untuk menekan
dinding mata ke lubang retina, menahan agar kedua jaringan itu tetap menempel
sampai jaringan parut melekatkan bagian robekan. Kadang-kadang cairan harus dikeluarkan
dari bawah retina untuk memungkinkan retina menempel kembali ke dinding
belakang mata. Seringkali sebuah pita silikon atau bantalan penekan diletakkan
di luar mata untuk dengan lembut menekan dinding belakang mata ke retina. Dalam
operasi ini dilakukan pula tindakan untuk menciptakan jaringan parut yang akan
merekatkan robekan retina, misalnya dengan pembekuan, dengan laser atau dengan
panas diatermi (aliran listrik dimasukkan dengan sebuah jarum).
Jenis pembedahan ablasio retina:
1. Pneumoretinopeksi:
operasi singkat untuk melekatkan kembali retina yang lepas (ablasio retina).
2. Scleral
Buckling: Operasi untuk melekatkan kembali retina yang lepas.
3. Vitrektomi:
Operasi ini memerlukan alat khusus, ahli bedah akan melakukan operasi didalam
rongga bola mata untuk membersihkan vitreus yang keruh, melekatkan kembali
vitreus yang mengalami ablasio, mengupas jaringan ikat dari permukaan retina,
dan tindakan-tindakan lain yang diperlukan
Untuk memperbaiki Ablatio Retina dilakukan prosedur
operasi scleral bucking yaitu pengikatan kembali retina yang lepas.
a. Pengelolaan penderita sebelum
operasi
Ø Mengatasi kecemasan
Ø Membatasi aktivitas
Ø Penutup mata harus selalu dipakai
untuk mencegah atau membatasi pergerakan bola mata
Ø Pengobatan dengan obat tetes mata
jenis midriaticum untuk mencegah akomodasi dan kontriksi.
b. Pengelolaan penderita setelah
operasi
Ø Istirahatkan
pasien (bad rest total) minimal dalam 24 jam pertama.
Ø Ukur vital
sign tiap jam dalam 24 jam pertama.
Ø Evaluasi penutup mata
Ø Bantu semua kebutuhan ADL
Ø Perawatan dan pengobatan sesuai
program
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi setelah
operasi vitreoretinal:
- Infeksi
- Perdarahan
- Ablasio retina kembali, sebagai komplikasi operasi
- Penglihatan yang menurun
- Peningkatan tekanan bola mata
- Glaukoma
- Katarak akan timbulnya lebih awal pada lebih dari 50% pasien yang telah menjalani operasi vitrektomi. Selanjutnya, pasien ini akan menjalani operasi katarak beberapa tahun kemudian.
- Komplikasi akibat pembiusan dapat saja terjadi. Pembiusan lokal kadang-kadang menimbulkan perdarahan di sekeliling mata tapi jarang berakibat langsung pada mata. Pembiusan umum berpotensi menghadapi resiko serius. Bila anda akan mendapatkan pembiusan umum, anda akan ditangani oleh spesialis anestesiologi sebelum operasi.
2.8 ASUHAN
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a.
Data Subyektif
Ø Pasien mengeluh
tiba-tiba melihat kilatan cahaya terang dan bintik-bintik hitam yang
beterbangan di ruang pandang.
Ø Pasien mengeluh melihat tirai yang
menutupi lapang pandang.
Ø Pasien
menyatkan takut dan cemas karena kehilangan fungsi penglihatan secara
tiba-tiba.
b.
Data Obyektif
Ø Dengan pemeriksaan ophtalmoskop
indirek terlihat gambaran gelembung abu-abu atau lipatan-lipatan pada retina
yang bergetar dan bergerak
Ø Aktifitas pasien terbatas
Ø Mata pasien tertutup dengan gaas
Ø Pasien mendapat obat tetes mata
midryatil
Ø Wajah pasien tampak tegang dan cemas
Ø Pada
pemeriksaan visus : OD 1/4 Os 2/60
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang mungkin ditemukan pada
pasien Ablatio Retina
Pre
Operatif
1.
Gangguan
persepsi sensori penglihatan
2.
Cemas
3.
Kurang
perawatan diri
Post
Operatif
1.
Nyeri
akut
2.
Resiko
infeksi
3.
Kurang
perawatan diri
C. INTERVENSI
KEPERAWATAN
PRE OP
1. Gangguan
persepsi sensori penglihatan b.d lepasnya retina
Kriteria
Hasil :
Ø Kooperatif dalam tindakan
Ø Menyadari hilangnya pengelihatan
secara permanen
Intervensi
:
Ø Kaji dan catat
ketajaman pengelihatan Rasional: Menetukan kemampuan visual
Ø Kaji deskripsi
fungsional apa yang dapat dilihat/tidak. Rasional: Memberikan keakuratan terhadap
pengelihatan dan perawatan.
Ø Sesuaikan lingkungan
dengan kemampuan pengelihatan. Rasional: Meningkatkan self care dan mengurangi
ketergantungan.
Ø Kaji jumlah dan
tipe rangsangan yang dapat diterima klien. Rasional : Meningkatkan rangsangan
pada waktu kemampuan pengelihatan menurun.
2. Cemas b.d kurang
pengetahuan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan pengetahuan klien bertambah
KH :
a. Kien tidak
gelisah
b. Klien tenang
c. Klien dapat
mengatakan tentang proses penyakit,metode pencegahan
dan instruksi perawatan di rumah
dan instruksi perawatan di rumah
Intervensi :
a. Kaji tingkat
kecemasan
Rasional : Untuk mengetahui berat
ringannya kecemasan klien
b. Berikan
kesampatan Klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Agar
klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan
c. Beri Support
pada klien
Rasional : Agar klien mempunyai
semangat
d. Berikan
dorongan spiritual
Rasional : Agar klien kembali
menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
e. Berikan penkes
Rasional : Agar klien mengerti
sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya
f. Memberikan
kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak diketahui tentang penyakitnya.
Rasional : Mengetahui sejauh mana
ketidaktahuan pasien tentang penyakitnya
g. Kaji ulang
proses penyakit dan harapan yang akan datang
Rasional :
Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menbuat pilihan berdasarkan
informasi.
3. Kurang
Perawatan diri b.d ketidak berdayaan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan perawatan diri pasien terpenuhi
KH :
a.
Kien tidak kotor
b.
Klien tenang
c.
klien merasa nyaman
Intervensi :
a.
Bantu klien melakukan hygiene
Rasional : memenuhi perawatan diri klien
b.
Berikan program perawatan dir pada klien
Rasional : agar perawatan diri klien teratur
c.
Kontrol hygiene klien dua kali sehari
Rasional : mengetahui perawatan
diri klien
d.
Berikan HE tentang personal hygiene
Rasional : agar klien faham pentingnya perawatan diri.
POST OP
1.
Nyeri akut b.d
luka post op
Tujuan : setelah di
lakukan tidakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan nyeri berkurang atau
hilang.
KH :
a.
klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
b.
skala nyeri menurun
c.
klien tampak rileks
Intervensi:
a.
Kaji skala nyeri
Rasional :
mengetahui seberapa nyeri yang di alami klien
b.
Berikan posisi relaks pada pasien.
Rasional : agar
klien merasa nyaman
c.
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional :
menurunkan nyeri klien
d.
Kolaborasi pemberian analgesic.
Raional :
analgesic menghilangkan nyeri
2. Resiko infeksi
b.d insisi post op
Tujuan : setelah di lakukan tidakan keperawatan
selama 3X24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi.
KH :
a.
tidak ada tanda-tanda infeksi
b.
leukosit stabil
Intervensi:
a.
Pantau tanda-tanda infeksi
Rasional :
mengetahui tanda awal infeksi
b.
Lakukan rawat luka secara steril
Rasional :
mencegah terjadinya infeksi
c.
Oleskan alkohol di sekitar luka post op
Rasional :
mencegah terjadinya infeksi
d.
Berikan antibiotik sesuai advis dokter
Rasional :
antibiotik mencegah infeksi
3. Kurang
Perawatan diri b.d ketidak berdayaan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan perawatan diri pasien terpenuhi
KH :
a.
Klien tidak kotor
b.
Klien tenang
c.
klien merasa nyaman
Intervensi :
a. Bantu klien
melakukan hygiene
Rasional : memenuhi perawatan diri
klien
b. Berikan
program perawatan dir pada klien
Rasional : agar perawatan diri klien
teratur
c. Kontrol
hygiene klien dua kali sehari
Rasional : mengetahui perawatan
diri klien
d. Berikan HE
tentang personal hygiene
Rasional : agar
klien faham pentingnya perawatan diri.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ablasio
Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium neurosensoris retina dan
lapisan epitelia pigmen retina (Donna D. Ignativicius, 1991) Ablatio Retina juga diartikan sebagai
terpisahnya khoroid di daerah posterior mata yang disebabkan oleh lubang pada
retina, sehingga mengakibatkan kebocoran cairan, sehingga antara koroid dan
retina kekurangan cairan (Barbara L. Christensen 1991).
Kejadian ini merupakan masalah mata
yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi
pada orang usia setengah baya atau lebih tua.
Gejala pertama penderita ini melihat
kilatan - kilatan bintik hitam mengapung dan cahaya. Pada beberapa penderita
lepasnya retina mungkin terjadi tanpa didahului oleh terlihatnya bintik bintik
hitam (floaters) ataupun kilatan cahaya yang nyata.
3.2 SARAN
Penulis mengetahui bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis mengharapkan saran atau
kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini bisa mendekati kata
sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk
menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bare, B.G & Smeltzer, S.C. 2002. Keperawatan Medikal
Bedah. Jarkarta: EGC.
Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi.
Jakarta: EGC.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Hamzah,
Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Price
dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Tim
Penyusun. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Tim Penyusun. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar