Kata
Pengantar
Segala
puji syukur saya haturkan kepada Tuhan yang maha Esa,karena atas limpahan
Rahmat-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah ini sampai selesai tanpa
mengalami masalah yang ridak bisa saya hadapi.
Saya
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini,masih jauh dari sempurna.Oleh
sebab itu,saya sangat mengharapkan kritik dan saran guna untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL.................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR
ISI.............................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1
Latar belakang
masalah..................................................................................
1.2
Permasalahan..................................................................................................
1.3
Tujuan dan manfaat........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
2.1 Pengertian perkembangan emosi....................................................................
2.2 Karakteristik perkembangan emosi................................................................
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan emosi………………….
2.4
Perbedaan individual dalam
perkembangan emosi…………………………
2.5 Implementasi perkembangan emosi………………………………………...
BAB
III PENUTUP..................................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................................
3.2 Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja berada
pada periode perkembangan yang banyak mengalami masalah pertumbuhan dan
perkembangan khususnya menyangkut dengan penyesuaian diri terhadap tuntutan
lingkungan dan masyarakat serta orang dewasa. Masalah yang sering terjadi pada
perkembangan intelektual dan emosional remaja adalah ketidakseimbangan antara
keduanya. Kemampuan intelektual mereka telah dirangsang sejak awal melalui
berbagai macam sarana dan prasarana yang disiapkan di rumah dan di sekolah
dengan berbagai media.
Pembelajaran kadang tidak selalu disukai oleh peserta
didiknya, sehingga banyak tujuan pembelajaran yang tidak tercapai. Ini
dilatarbelakangi oleh kurangnya pemahaman dari sang pendidik akan perkembangan
emosi dan jiwa peserta didiknya, khususnya remaja. Sebab, dalam usia remaja
perubahan emosi dan psikologis sangat pesat sekali.
Gejala- gejala emosi para remaja
seperti perasaan sayang, marah, takut, bangga dan rasa malu, cinta dan benci,
harapan-harapan dan putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik.
Sebagai pendidik mengetahui setiap aspek tersebut dan hal yang lain merupakan
sesuatu yang terbaik sehingga perkembangan remaja sebagai peserta didik
berjalan dengan normal tanpa ada mengalami gangguan.
Tanpa adanya pemahaman terhadap perkembangan emosi jiwa
remaja ini, sang pendidik kemungkinan besar akan mengulangi kesalahan dengan
memberikan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kondisi perubahan yang ada
pada diri remaja.
Kalau kita melihat pada hakekat pendidikan yang merupakan
suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penentu umat
manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan
peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan, maka diyakini bahwa manusia sekarang
tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau, yang dibandingkan dengan
manusia sekarang, telah sangat tertinggal baik kualitas kehidupan maupun
proses-proses pemberdayaannya.
Secara ekstrim bahkan dapat dikatakan, bahwa maju
mundurnya atau baik buruknya peradaban suatu masyarakat, suatu bangsa, akan
ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani oleh masyarakat bangsa
tersebut.
Disinilah pendidik dituntut untuk mampu membawa peserta
didik dapat mencapai peradaban tertinggi, dengan menerapkan proses pendidikan
yang sesuai dengan kondisi kejiwaan peserta didik.
1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian
latar belakang yang telah diuraikan di atas maka kita dapat mengidentifikasikan
permasalahan yaitu :
a)
Apa pengertian perkembangan emosi?
b)
Bagaimana karakteristik perkembangan emosi pada masa remaja?
c)
Faktor apa yang mempengaruhi perkembangan emosi pada masa remaja?
d)
Bagaimana perbedaan individual dalam perkembangan emosi?
e)
Bagaimana implementasi perkembangan emosi dalam proses pendidikan?
1.3 Tujuan
dan Manfaat
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kita
sebagai calon pendidik mengetahui bagaimana perkembangan emosi remaja. Sebagai pendidik mengetahui setiap aspek dalam perkembangan emosi remaja
merupakan sesuatu yang penting, karena pada massa remaja, peserta didik
memiliki emosi yang labil, sehingga tugas pendidiklah untuk dapat mengatasi
labilnya emosi peserta didik agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan
baik dan perkembangan peserta didik berjalan dengan normal tanpa mengalami
gangguan.
Makalah ini memberikan sedikit
gambaran bagaimana perkembangan emosi pada masa remaja, yang nantinya dapat
diimplementasikan dalam proses pendidikan. Dengan
mengetahui tentang perkembangan emosi remaja dapat menjadi bekal kita untuk
mengenal pesert didik kita secara baik, sehingga dapat menjadi pengetahuan bagi
kita semua dalam menjadi seorang pendidik yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Perkembangan Emosi
Setiap individu selalu mengalami pertumbuhan dan
perkembangan dalam hidupnya. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang dialami
oleh tiap-tiap individu akan berbeda satu dengan yang lainnya dan tingkat
perkembangan ini akan berbeda-beda sesuai dengan tingkatan umur dari tiap
individu. Dengan bertambahnya usia individu, manusia senantiasa tumbuh dan
berkembang yang akan membawa individu menuju pada suatu kematangan fisik dan
psikis.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua hal yang
berbeda. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari
proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak
yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai
proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah)
yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi,
pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan
ukuran dan struktur biologis.
Sedangkan perkembangan
menunjuk pada perubahan-perubahan dalam bentuk bagian tubuh dan integrasi
pelbagai bagiannya ke dalam satu kesatuan fungsional bila pertumbuhan itu
berlangsung. Intinya bahwa pertumbuhan dapat diukur sedangkan perkembangan
hanya dapat dilihat gejala-gejalanya. Perkembangan dipersyarati adanya
pertumbuhan.
Masa remaja atau masa adolensia
merupakan masa peralihan atau masa transisi antara masa anak ke masa
dewasa. Pada masa ini individu mengalami perkembangan yang pesat mencapai
kematangan fisik, sosial, dan emosi. Salah satu perkembangan yang dialami oleh
remaja adalah perkembangan emosi.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa emosi adalah suatu
keadaan kejiwaan yang mewarnai tingkah laku. Emosi dapat juga diartikan sebagai
suatu reaksi psikologis yang ditampilkan dalam bentuk tingkah laku gembira,
bahagia, sedih, berani, takut, marah, haru dan sejenisnya.
Biasanya emosi muncul dalam bentuk luapan perasaan, dan
surut dalam waktu yang singkat. Hathersall (1985), merumuskan pengertian emosi
sebagai situasi psikologis yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat
dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Menurut James & Lange , bahwa emosi
itu timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya
menangis itu karena sedih, tertawa itu karena gembira. Sedangkan menurut
Lindsley bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan
syaraf terutama otak, misalnya apabila individu mengalami frustasi, susunan
syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu
yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi.
Jadi emosi adalah pengalaman afektif yang disertai
penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan
berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Jadi emosi adalah pengalaman afektif
yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan
fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Emosi sering didefinisikan dalam istilah perasaan
(feeling): misalnya pengalaman-pengalaman afektif, kenikmatan atau
ketidaknikmatan, marah, takut, bahagia, sedih dan jijik. Emosi juga sering
berhubungan dengan ekspresi tingkah laku dan respon-respon fidiologis.
Berasarkan sebab dan reaksi yang ditimbulkan, emosi
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1. Emosi yang berkaitan dengan perasaan
(syaraf-syaraf jasmaniah), misalnya perasaan dingin, panas, hangat, sejuk dan
sebagainya. Munculnya emosi seperti ini lebih banyak dirasakan karena faktor
fisik diluar individu, misalnya cuaca, kondisi ruangan dan tempat dimana
individu itu berada.
2. Emosi yang berkaitan dengan kondisi
fisiologis, misalnya sakit, meriang dan sebagainya. Munculnya emosi sepertinini
lebih banyak dirasakan karena faktor kesehatan.
3. Emosi yang berkaitan dengan kondisi
psikologis, misalnya cinta, rindu, sayang, benci dan sejenisnya. Munculnya
emosi seperti ini lebih banyak dirasakan karena faktor hubungan dengan orang
lain.
2.2 Karakterisitik Perkembangan
Emosi Remaja
Masa remaja atau masa adolensia
merupakan masa peralihan atau masa transisi antara masa anak ke masa
dewasa. Pada masa ini individu mengalami perkembangan yang pesat mencapai
kematangan fisik, sosial, dan emosi. Pada masa ini dipercaya merupakan masa
yang sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga dan lingkungannya.
Perubahan-perubahan fisik yang
dialami remaja juga menyebabkan adanya perubahan psikologis. Oleh Hurlock (2002) dalam
rahmat (http://r4hmatdocuments.blogspot.com), disebut sebagai periode heightened emotionality, yaitu suatu keadaan
dimana kondisi emosi tampak lebih tinggi atau tampak lebih intens dibandingkan
dengan keadaan normal.
Emosi yang tinggi dapat termanifestasikan
dalam berbagai bentuk tingkah laku seperti bingung, emosi berkobar-kobar atau
mudah meledak, bertengkar, tak bergairah, pemalas, membentuk mekanisme
pertahanan diri. Emosi yang tinggi ini tidak berlangsung terus-menerus selama
masa remaja.
Dengan bertambahnya umur maka
emosi yang tinggi akan mulai mereda atau menuju kondisi yang stabil. Emosi yang
tinggi pada masa remaja sebaiknya tidak dibiarkan begitu saja, tetapi perlu
mendapat penyaluran atau penanganan yang baik agar tidak menimbulkan hal-hal
yang merugikan.
Pola emosi masa remaja hampir
sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis yang secara normal dialami
adalah : cinta atau kasih sayang, gembira, amarah, takut, sedih dan lainnya
lagi. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang
membangkitkan emosinya dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu
terhadap ungkapan emosi mereka.
Menurut Biehler (1972) dalam
http://shizukaumrilockhart.blogspot.com, membagi ciri-ciri emosional remaja
menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
1. Ciri-ciri
emosional usia 12-15 tahun
Ø Cenderung
banyak murung dan tidak dapat diterka
Ø Bertingkah
laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
Ø Kemarahan
biasa terjadi
Ø Cenderung
tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri
Ø Mulai
mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif
2. Ciri-ciri
emosional remaja usia 15-18 tahun
Ø “Pemberontakan”
remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak menuju
dewasa
Ø Banyak
remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka
Ø Sering kali
melamun, memikirkan masa depan mereka
Luella Cole dalam
http://shizukaumrilockhart.blogspot.com mengemukakan tiga jenis emosi, yaitu :
a. Emosi marah
Emosi marah lebih mudah timbul
apabila dibandingkan dengan emosi lainnya dalam kehidupan remaja . penyebab
timbulnya emosi marah pada diri remaja ialah apabila mereka direndahkan,
dipermalukan, dihina dan lainnya. Remaja yang sudah cukup matang menunjukkan
rasa marahnya tidak lagi dengan berkelahi tapi lebih memilih mengerutu, mencaci
atau dalam bentuk ungkapan verbal lainnya.
b. Emosi takut
Jenis emosi lain yang sering
muncul pada diri remaja adalah emosi takut. Menjelang seorang anak mencapai
remaja, dia telah mengalami serangkaian perkembangan yang mempengaruhi pasang
surut berkenaan dengan rasa ketakutannya.
Remaja seperti halnya anak-anak
dan orang dewasa, seringkali berusaha untuk mengatasi ketakutan yang timbul
dari persoalan kehidupan. Ketakutan tersebut banyak menyangkut dengan ujian
yang akan diikuti seperti rendahnya prestasi, sakit, kesepian dan lain-lain.
Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa takut adalah keberanian
menghadapi rasa takut tersebut.
c. Emosi cinta
/ kasih sayang
Jenis emosi ketiga yang sering
muncul pada diri remaja adalah emosi cinta/kasih sayang, emosi ini telah ada
sejak bayi dan terus berkembang sampai dewasa. Faktor ini penting dalam
kehidupan remaja adalah untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan
cinta dari orang lain. Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan
kemampuan untuk memberinya. Walaupun remaja bergerak ke dunia pergaulan yang
lebih luas, dalam dirinya masih terdapat sifat kekanak-kanakanya.
Remaja membutuhkan kasih sayang
di rumah yang sama banyaknya dengan apa yang mereka alami pada tahun-tahun
sebelumnya. Karena alasan inilah sikap menentang mereka, menyalahkan mereka
secara langsung, mengolok-olok mereka pada waktu pertama kali karena mencukur
kumisnya, adanya perhatian terhadap lawan jenisnya, merupakan tindakan yang
kurang bijaksana.
Pada masa remaja rasa cinta mulai
diarahkan kepada lawan jenis. Menurut Cole kecenderungan remaja wanita tertarik
terhadap sesama jenis berlangsung lebih lama. Keadaan ini terlihat pada sikap
kasih sayang terhadap sesama wanita seperti kepada kakak, adik.
2.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Dengan bertambahnya umur, menyebabkan terjadinya
perubahan dalam ekspresi emosional. Bertambahnya pengetahuan dari lingkungan
serta sekolah dan pemanfaatan media massa berpengaruh terhadap
perubahan-perubahan emosional ini. Beberapa faktor yang mempengaruhui
perkembangan emosi pada masa remaja, antara lain:
1. Perubahan
jasmani atau fisik
Perubahan atau pertumbuhan yang berlangsung
cepat selama masa puber menyebabkan keadaan tubuh menjadi tidak seimbang.
Ketidakseimbangan ini mempengaruhi kondisi prikis remaja. Tidak setiap remaja
siap menerima perubahan yang dialami, karena tidak semuanya menguntungkan.
Terutama perubahan tersebut mempengaruhi penampilannya. Hal ini menyebabkan
rangsangan didalam tubuh remaja yang sering kali menimbulkan masalah dalam
perkembangan psikisnya, khususnya perkembangan emosinya.
2.
Keadaan anak
Keadaan individu pada anak,
misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan pada diri anak akan sangat mempengaruhi
perkembangan emosional, bahkan akan berdampak lebih jauh pada kepribadian anak.
Misalnya: rendah diri, mudah tersinggung, atau menarik diri dari lingkunganya.
3.
Perubahan dalam hubungan dengan teman-teman
Pada awal remaja biasanya mereka
suka membentuk gang yang biasanya pula memiliki tujuan yang positif untuk
memenuhi minat bersama mereka, namun jika diteruskan pada masa remaja tengah
atau remaja akhir para anggota mungkin membutuhkannya untuk melawan otoritas
atau untuk melakukan yang tidak baik. Yang paling sering mendatangkan masalah
adalah hubungan percintaan antar lawan jenis dikalangan remaja. Percintaan
dikalangan remaja juga terkadang manimbulkan konflik dengan orang tua, karena
ada kekhawatiran dari pihak orang tua kalau terjadi hal-hal yang diluar batas
sehingga mereka melarang anaknya pacaran.
4.
Perubahan dalam hubungannya dengan sekolah
Menginjak remaja mungkin mereka
mulai menyadari betapa pentingnya pendidikan untuk kehidupan dimasa mendatang.
Hal ini sedikit banyak dapat menyebabkan kecemasan sendiri bagi remaja. Lebih
lanjut berkaitan dengan apa yang akan mereka lakukan setelah lulus.
5. Perubahan
atau penyesuaian dengan lingkungan baru.
Ø Perubahan
yang radikal menyebabkan perubahan terhadap pola kehidupannya.
Ø Adanya
harapan sosial untuk perilaku yang lebih matang.
Ø Aspirasi
yang tidak realistis.
6. Faktor belajar
Pengalaman belajar anak akan
menentukan reaksi potensial mana yang mereka gunakan untuk marah. Pengalaman
belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain:
a)
Belajar dengan coba-coba
Anak belajar
dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk perilaku yang
memberi pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberi kepuasan.
b)
Belajar dengan meniru
Dengan cara meniru
dan mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak bereaksi dengan
emosi dan metode yang sama dengan orang-orang yang diamati.
c)
Belajar dengan mempersamakan diri
Anak meniru
reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan
rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Disini anak hanya
meniru orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
d)
Belajar melalui pengondisian
Dengan metode
ini objek, situasi yang mulanya gagal memancing reaksi emosional kemudian
berhasil dengan cara asosiasi. Pengondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada
awal-awal kehidupan karena anak kecil kurang menalar, mengenal betapa tidak
rasionalnya reaksi mereka.
e)
Belajar dengan bimbingan dan pengawasan.
Anak diajarkan
cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang. Dengan
pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang
biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi
secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak
menyenangkan.
7. Lingkungan keluarga
Salah satu fungsi keluarga adalah
sosialisasi nilai keluarga mengenai bagaimana anak bersikap dan berperilaku.
Keluarga adalah lembaga yang pertama kali mengajarkan individu (melalui contoh
yang diberikan orang tua) bagaimana individu mengeksplorasi emosinya.
Keluarga merupakan lingkungan
pertama dan utama bagi perkembangan anak. Keluarga sangat berfungsi dalam
menanamkan dasar-dasar pengalaman emosi, karena disanalah pengalaman pertama
didapatkan oleh anak. Keluarga merupakan lembaga pertumbuhan dan belajar awal
(learning and growing) yang dapat mengantarkan anak menuju pertumbuhan dan
belajar selanjutnya.
Gaya pengasuhan keluarga akan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak. Apabila anak dikembangkan
dalam lingkungan keluarga yang emosinya positif, maka perkembangan emosi anak
akan menjadi positif. Akan tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan
emosinya negatif seperti, melampiaskan kemarahan dengan sikap agresif, mudah
marah, kecewa dan pesimis dalam menghadapi masalah, maka perkembangan emosi
anak akan menjadi negatif.
Keterkaitan secara antara
lingkungan keluarga dengan pengungkapan emosi terjadi sejak awal yaitu pada
masa anak-anak. Cara-cara yang digunakan orang tua untuk menangani masalah
anaknya memberikan pelajaran yang membekas pada perkembangan emosi anak. Gaya mendidik
orang tua yang mengabaikan perasaan anak, yang tercermin pada persepsi negatif
orang tua terhadap emosi, emosi anak dilihat sebagai gangguan atau sesuatu yang
selalu direspon orang tua dengan penolakan.
Pada masa dewasa, anak tersebut
tidak akan menghargai emosinya sendiri yang menimbulkan keterbatasan dalam
mengungkapkan emosinya. Sebaliknya, pada kelurga yang menghargai emosi anak
yang dibuktikan dengan penerimaan orang tua terhadap ungkapan emosi anak, pada
masa dewasa nanti anak akan menghargai emosinya sendiri sehingga ia mampu
mengungkapkan emosinya pada orang lain.
Selain hal-hal yang telah
disebutkan diatas, kiranya masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan emosi remaja atau peserta didik. Namun dari yang telah diuraikan
diatas rasanya telah cukup banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi
remaja.
2.4
Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi
Individu mengalami proses
perkembangan emosi selama hidupnya, mulai dari bayi sampai dewasa. Banyak
faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja individu. Kepribadian,
lingkungan, pengalaman, kebudayaan, pendidikan, pendidikan, merupakan variabel
yang sangat berperan dalam perkembangan emosi individu.
Perbedaan individu juga dapat
dipengaruhi oleh adanya perbedaan kondisi atau keadaan individu yang
bersangkutan, antara lain yaitu:
1.
Kondisi dasar individu
Berkaitan dengan struktur pribadi
individu. Misalnya, ada yang mudah marah, ada juga yang susah marah.
2. Kondisi psikis individu pada suatu waktu
Misalnya, saat
sedang kalut, seseorang mudah tersinggungdibanding dalam keadaan normal.
3.
Kondisi jasmani individu
Pada saat sedang sakit biasanya
lebih mudah perasa atau lebih mudah marah.
2.5
Implementasi Perkembangan Emosi dalam Pendidikan
Telah diketahui bahwa pada masa remaja, individu
mengalami massa dimana kondisi emosinya meningkat. Emosi yang ada
dalam diri remaja ada emosi positif dan emosi negatif. Kedua emosi itu
berkembang dalam diri remaja . Emosi negatif pada dasarnya dapat diredam
sehingga tidak menimbulkan efek negatif dan emosi positif perlu dikembangkan.
Beberapa cara untuk meredam emosi negatif itu adalah :
1) Berpikir positif dalam arti mencoba
melihat sesuatu peristiwa atau kejadian dari sisi positifnya.
2) Mencoba belajar memahami
karakteristik orang lain. Memahami bahwa orang lain memang berbeda dan tidak
dapat memaksakan orang lain berbuat sesuai dengan keinginan diri sendiri.
3) Mencoba menghargai pendapat dan
kelebihan orang lain. Mereka mendengarkan apa yang dikemukakan orang lain dan
mengakui kelebihan orang lain.
4) Introspeksi dan mencoba melihat apabila
kejadian yang sama terjadi pada diri sendiri, mereka dapat merasakannya.
Peran orang tua, sekolah dan masyarakat sangat
diharapkan dalam rangka membantu para remaja untuk mengontrol dan mengelola
emosinya kepada penyaluran yang positif.
a. Orang Tua
Orang tua diharapkan
dapat memberikan perhatian dan kasih sayang, meningkatkan komunikasi dua arah,
siap menerima keluhan dan mencarikan jalan keluar terhadap permasalahan yang
dialami remaja akan memberikan suasana yang sejuk bagi remaja.
Tidak memeberikan
tuntutan yang berlebihan dan mnghindari larangan yang tidak terlalu penting
serta memberikan pengawasan dan pengarahan secukupnya merupakan hal yang
menyenangkan bagi remaja. Pembatasan dan tuntutan terhadap remaja hendaknya
disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan remaja. Memberikan tugas dan tanggung
jawab sesuai dengan posisinya.
Penegakan disiplin
dilakukan dengan bijaksana. Penerapan disiplin yang mendidik disertai dengan suatu
pengertian terhadap makna displin tersebut merupakan pilihan yang baik.
Disiplin yang terlalu keras dan kaku, disertai hukuman badan dapat menimbulkan
pemberontakan atau penolakan dari remaja. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan
hal-hal yang tidak diinginkan semua pihak.
Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan
adalah sikap konsisten dari orang tua. Ketidakkonsistenan orang tua dapat
menimbulkan kebimbangan remaja dalam perilakunya. Remaja akan mengalami
kesulitan dalam menarik kesimpulan atau mengambil pelajaran dari apa-apa yang
telah diajarkan oleh orang tuanya. Selain itu diperlukan pula sikap yang
tenang, berwibawa, dan arif bijaksana dalam menghadapi luapan emosi oleh para
orang tua maupun pendidik.
b. Sekolah
Sekolah, tempat dimana
remaja menghabiskan sebagian waktunya juga diharapkan dapat menyediakan tempat
untuk mentransfer ilmu pengetahuan, sekolah diharapakan mSekolah, tempat dimana
remaja menghabiskan sebagian waktunya juga diharapkan dapat menyediakan tempat
untuk mentransfer ilmu pengetahuan, sekolah diharapakan mampu menjadi tempat
menyenangkan bagi remaja dengan menyediakan fasilitas yang bersifat rekreatif
dan positif, sehingga remaja dapat menyalurkan aktifitasnya.
Demikan juga pembuatan
peraturan-peraturan dan penegakan disiplin di sekolah diharapkan dapat
dilakukan dengan bijaksana sehingga mendapat tanggpan yang positif dari peserta
didiknya. Tak ketinggalan peran para guru di sekolah. Guru diharapkan dapat
menjadi orang tua kedua di sekolah.
Di samping memberikan ilmu pengetahuan juga
memberikan teladan yang baik. Membina hubungan yang baik dengan peserta didik,
sabar, pengertian, siap membantu peserta didik yang mengalami kesulitan tau
permasalahan, tidak arogan, tidak sewenang-wenang merupakan sikap yang
didambakan oleh peserta didik untuk melakukan tugas dan kewajibannya dalam
rangka mencapai prestasi yang tinggi.
c. Masyarakat
Masyarakat diharapkan
dapat menjadi wahana yang baik bagi perkembangan emosi remaja. Menyediakan
fasilitas untuk penyaluran emosi remaja secara positif dan memberi contoh yang
baik atau memberikan norma-norma dalam mengontrol dan mengelola emosi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sudah tidak dapat dipungkiri, bahwa
perkembangan emosi remaja dalam tumbuh kembangnya memberikan pengaruh yang
besar dalam kehidupannya.
Dengan adanya ciri-ciri serta usaha
untuk mengembangkan emosi remaja secara tepat, secara bertahap diharapkan
seorang remaja mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai generasi harapan
bangsa.
Untuk itu hendaknya orang tua, guru dan
lingkungan masyarakat harus benar-benar dapat memahami bagaimana tumbuh kembang
remaja termasuk emosinya. Pembentukan emosi remaja yang sehat yang bertolak
pada pembangunan karakter remaja hendaklah dilaksanakan selain jalur
pendidikan, keluarga dan sekolah juga dilaksanakan pada lingkungan.
3.2
Saran
Dengan mengetahui keadaan emosi remaja dan
perkembangannya di harapkan kita mampu memahami serta menemukan cara-cara yang
terbaik dalam menghadapi remaja yang baru beranjak dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
http://shizukaumrilockhart.blogspot.com
diakses pada tanggal
21 Mei 2013
http://kawan-jagoest.blogspot.com
diakses pada tanggal 23
Mei 2013
http://abarokah18.blogspot.com
diakses pada tanggal 23
Mei 2013
http://anharululum.blogspot.com
diakses pada tanggal 30
Mei 2013